Site icon Politik Dalam Negeri Dan Hubungan Kerja Sama Antar Negara

Sejarah Perjalanan Karier Bj. Habibie Menjadi Presiden RI

Sejarah Perjalanan Karier Bj. Habibie Menjadi Presiden RI – Hampir 20 tahun menempuh pendidikan dan bekerja di Jerman, Habibie di panggil Presiden ke-2 RI Soeharto untuk kembali ke Indonesia pada 1973. Soeharto menilai Habibie bisa memberikan sentuhan baru di pengembangan industri teknologi di Indonesia. Habibie pun kemudian menjadi pendiri Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Ia juga di berikan mandat oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi pada 1978, dan menjabat selama 20 tahun.

Sejarah Perjalanan Karier Bj. Habibie Menjadi Presiden RI

Ketika krisis moneter, Soeharto terpaksa menutup IPTN. Di saat-saat krisis ekonomi, Habibie di angkat menjadi wakil presiden sebagai wakil presiden dalam Kabinet Pembangunan VII pada 14 Maret 1998. Habibie, yang biasanya mengurusi pengembangan teknologi, akhirnya turut ikut di buat pusing dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997-1998. Setelah dua bulan kemudian, Habibie menggantikan Soeharto yang menyatakan mundur sebagai presiden, setelah gejolak politik dan reformasi pada 21 Mei 1998.
Diakui Habibie, menjadi presiden di masa-masa krisis bukanlah hal mudah. Ketika memimpin Indonesia, yang saat itu dalam keadaan berantakan, Presiden Habibie membuat beberapa keputusan penting. Beberapa keputusan itu tertuang dalam Undang-Undang, seperti UU Otonomi Daerah, UU Partai Politik, dan UU Anti Monopoli.
Baca Juga : Kebijakan Bacharuddin Jusuf Habibie Ketika Menjadi Presiden RI
Banyak partai-partai politik terbentuk, karena Habibie memberikan kebebasan dan keleluasaan dalam berpolitik. Bukan hanya itu, lewat kabinet yang dibentuknya, sejumlah program pemulihan ekonomi Indonesia pascareformasi juga di bentuk untuk mengatasi krisis. Ketika sebelumnya nilai mata uang rupiah mencapai Rp 15 ribu per dolar, maka Habibie berhasil menekannya jadi Rp 10 ribu per dolar.

Lepasnya Timor Leste dari Indonesia

Habibie juga tidak terlepas dari kritik. Salah satunya saat ia di anggap menjadi penyebab lepasnya Timor Timur dari Indonesia pada 30 Agustus 1999. Habibie menilai konflik Timor Timur menghambat stabilitas ekonomi dan politik, sehingga ia memberikan dua opsi: menerima otonomi khusus atau memisahkan diri dari Indonesia. Yang kemudian keputusan akhir untuk menyelesaikan persoalan ini ialah memilih opsi kedua. Timor Timur juga menolak otonomi khusus yang ditawarkan Pemerintah Indonesia.
Tuntutan referendum yang disuarakan rakyat Timor Timur di tanggapi Habibie, yang lalu diajukan ke Sekjen PBB Kofi Annan. Dalam pertimbangannya, Habibie menyebut subsidi moneter yang d iberikan pemerintah tak sebanding dengan manfaat yang di dapat Timor Timur. Pada 30 Agustus 1999 menjadi hari bersejarah bagi Timor Timur yang akhirnya memisahkan diri dari NKRI lewat referendum kemerdekaan.
Dalam sidang umum MPR 1999, laporan pertanggungjawabannya Habibie ditolak. Pada hari yang sama, Habibie menyatakan mundur dari pencalonannya sebagai presiden, menyusul penolakan laporan pertanggungjawabannya. Total Habibie menjabat menjadi presiden selama 1 tahun 5 bulan, sebelum akhirnya digantikan oleh Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 20 Oktober 1999. Masa jabatan Habibie relatif singkat di bandingkan dengan presiden dan wakil presiden lainnya.
Setelah tidak lagi menjabat menjadi presiden, Habibie memutuskan tinggal di Jerman. Ia juga mendirikan organisasi Habibie Center, dan menghabiskan masa-masa hidupnya bersama sang istri, Hasri Ainun Habibie, yang lalu meninggal dunia pada 22 Mei 2010 karena kanker ovarium.
Exit mobile version