Hubungan Negara Indonesia dan Rusia Sebelum Kemerdekaan RI

Rusia dan Indonesia mempunyai kontak sejarah yang panjang. Sebelum terjadinya kebangkitan nasional di Indonesia tahun 1908 dan juga revolusi Oktober di Rusia tahun 1917, telah terjalin kontak antara kedua bangsa. Dalam Ensiklopedi Slavia: Kiev Rus-Moskovia disebutkan bahwa pada abad ke XI seorang penulis Rusia kuno yang merupakan biarawan di biara Kiev Pechersk, Pendeta Nestor menulis sebuah hikayat tentang asal usul tanah Rusia dengan judul “Povest vremennykh let (Tale of Bygone Years/Russian Primary Chronicle”). Dalam hikayat tersebut, dengan  pengetahuan ilmu buminya, Pendeta Nestor menceritakan Dunia Lama mulai dari Britania di Barat, India dan China di Timur hingga Indonesia dengan sebutan “Ostrovnitsa (Kepulauan)” yang berada “di ujung dunia”. Hal ini ditulis pula oleh Rybakov B. A., seorang ahli sejarah dan arkeolog Rusia dalam bukunya berjudul “Rozhdenia Rusi (Kelahiran Rus)”.
Sementara itu, seorang saudagar Rusia dari kota Tver, Afanasy Nikitin dalam catatan perjalanannya “Perjalanan Melampaui Tiga Laut (Khozhdenie za tri morya)” (1466-1472) menyebutkan sebuah negeri yang misterius di Asia Tenggara dengan sebutan Shabot dan menurut para ahli sejarah diduga adalah Kerajaan di Indonesia yang terletak Pulau Sumatra.
Indonesia tempat penelitian Ilmuwan Rusia
Pada abad XIX-XX ilmuwan-ilmuwan Rusia berkunjung dan melakukan penelitian di Indonesia. Pada tahun 1870-1880 ilmuwan terkenal Rusia, N.N. Miklukho-Maklay tinggal dan melakukan penelitian di Indonesia. Salah satu hasil karyanya yang terkenal adalah penelitian terhadap orang-orang Papua, dimana Miklukho-Maklay menghabiskan waktu selama 4 tahun di Papua. Menurut Miklukho-Maklay, orang-orang Papua yang sebelumnya dipandang sebagai mahluk yang paling pengeluaran hk rendah oleh ilmuwan-ilmuwan Barat adalah manusia biasa seperti manusia pada umumnya yang berhak diperlakukan secara manusiawi.
Pada tahun 1875 seorang ahli bumi dan iklim, A.I. Voyeykov mengelilingi pulau Jawa dan mempelajari hutan tropis serta perkebunan teh dan kopi. Pada tahun 1892 A.N. Krasnov yang merupakan penulis berbagai karya ilmiah tentang alam di Jawa dan juga seorang ahli tumbuhan dan cagar alam serta pendiri Kebun Raya Batumi, melakukan penelitian alam di Jawa untuk mencoba menanam teh dan jeruk di Rusia.
Sebelum tahun 90-an abad XIX para ilmuwan Rusia berkunjung ke Indonesia atas biaya sendiri dan kemudian Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia mulai memberikan bantuan biaya, antara lain dengan mengirimkan dua orang ahli binatang dan dua orang ahli tumbuhan setiap dua tahun sekali untuk melakukan penelitian ilmiah. Di antara para penerima slot gacor dukungan biaya tersebut adalah ahli tumbuhan prof. Navashin dari Kiev, ahli binatang Pedashenko dan Davidov, ahli tumbuhan prof. Golenkin dari Moskow dan ahli binatang Ivanov.
Pembukaan Konsul Kehormatan Rusia di Batavia
Sebagai hasil dari aktivitas politik luar negeri Rusia di Timur Jauh Rusia dan penyebarluasan kekuasaannya di wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Asia Pasifik pada tahun 90-an abad ke XIX, pemeritah kekaisaran Rusia (Tsar) memberikan perhatian pula kepada Indonesia. Perwakilan-perwakilan Rusia di Den Haag, Brussels, Konstantinopel, London dan beberapa ibukota lainnya di dunia menginformasikan kepada Petersburg tentang situasi di Indonesia, seperti tentang mahjong ways 2 eksploitasi secara liar terhadap penduduk Indonesia, kekayaan alam dan upaya-upaya antikolonalisme rakyat Indonesia.
Hubungan laut membantu mengembangkan kerja sama Indonesia-Rusia, termasuk bidang perdagangan. Kapal-kapal perang Rusia dalam perjalanan ke Vladivostok sering singgah di Jawa dan Sumatra. Untuk meningkatkan hubungan kedua pihak, pada tahun 1885 di Batavia didirikan Konsulat tidak tetap Rusia dan pada tahun 1894 atas usulan Kementerian Kelautan Rusia, Konsulat togel singapore tersebut diubah menjadi konsulat tetap dengan Konsulnya bernama M. Bakunin yang merupakan Konsul pertama dan terakhir pada waktu itu. Bakunin berkali-kali mengajukan usulan untuk membuka hubungan langsung antara Indonesia dan Rusia dengan mengusulkan kepada Komite Armada Sipil Rusia untuk membuka jalur pelayaran reguler antara Odessa dan Vladivostok dengan persinggahan di Indonesia dengan pertimbangan akan banyak muatan untuk Rusia. Selain itu, Bakunin mengusulkan untuk mencoba menanam tumbuh-tumbuhan dari Indonesia, seperti teh, tembakau dan tumbuhan lainnya di daerah sub tropis di kawasan Selatan Rusia. Namun, usulan tersebut tidak mendapat sambutan dari pihak pemerintah Rusia.