Site icon Politik Dalam Negeri Dan Hubungan Kerja Sama Antar Negara

Beberapa Pembangunan Proyek Pada Zaman SBY yang Gagal

Beberapa Pembangunan Proyek Pada Zaman SBY yang Gagal

Beberapa Pembangunan Proyek Pada Zaman SBY yang Gagal – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) memang terkenal getol mau meningkatkan perekonomian Indonesia melalui pembangunan infrastruktur. Bukan hanya membangun infrastruktur yang baru, Jokowi juga tercatat melanjutkan proyek infrastruktur pendahulunya yang sempat mangkrak. Pendahulu terdekat Jokowi adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Beberapa Pembangunan Proyek Pada Zaman SBY yang Gagal

Menjadi presiden ke-6 Indonesia, SBY juga punya hajat membangun infrastruktur. Tapi pada eranya proyek-proyek tersebut ada yang belum selesai karena satu dan lain hal. Jokowi mengatakan banyaknya proyek yang mangkrak diakibatkan oleh kendala teknis seperti isu pembebasan lahan dan kurangnya political will. Setidaknya ada beberapa proyek yang belum rampung di era SBY yang di selesaikan oleh pria kelahiran Solo eks Gubernur DKI Jakarta itu.

Proyek Pertama SBY

Proyek mangkrak pertama era SBY yang dilanjutkan oleh Jokowi ialah pembangunan ruas jalan tol Pemalang-Semarang. Proyek ini tertunda sejak 2006 silam. Proyek tol lain yang juga belum rampung di era SBY ialah ruas tol Cimanggis-Cibitung.

Baca Juga: Rekomendasi Wilayah Untuk Pembangunan Proyek Hambalang

Proyek Jembatan Merah

Lalu ada proyek pembangunan Jembatan Merah Putih di Indonesia Timur yaitu Ambon yang tertunda dari 2011. Proyek ini menelan biaya sebesar 772,9 miliar.

Proyek Pembangunan Bandara Kertajati

Selanjutnya ada proyek pembangunan Bandara Kertajati di Majalengka yang dicanangkan SBY dan lalu diresmikan di era Jokowi. Alasan proyek ini mangkrak ialah pengalihan aliran sungai yang terdapat di ujung landasan. Pembangunan Bandara Kertajati di pastikan menelan biaya mencapai Rp 10 triliun dan membutuhkan lahan seluas sekitar 1.800 hektar. Bandara Kertajati di bangun untuk mempunyai landasan pacu sepanjang 4.000 meter yang lebih panjang dari Bandara Soekarno-Hatta.

Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik

Lima tahun lalu Jokowi juga menyoroti 34 proyek pembangunan pembangkit listrik di Tanah Air yang mangkrak saat membahas rencana pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW. Pada rapat, Jokowi menerima laporan adanya proyek mangkrak yang sudah mulai dibangun dari 2008. Tahun tersebut bertepatan dengan terjadinya krisis keuangan global.

Saat ini ada beberapa proyek lain yang juga belum selesai di era SBY dan akan kembali dilanjutkan. Pertama adalah pembangunan wisma atlet Hambalang. Proyek yang menyedot anggaran berkisar Rp 2,5 triliun itu digadang-gadang bakal menjadi pusat pelatihan olahraga yang bertaraf internasional. Tapi selama pembangunannya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencium adanya praktek korupsi yang dilakukan sejumlah pihak. KPK melihat adanya ‘kongkalikong’ antara sejumlah pihak sejak perencanaan pembangunan proyek ini.

Beberapa nama pun terlibat dalam skandal korupsi Hambalang mulai dari eks Menpora Andi Mallarangeng, eks Direktur Operasional PT Adhi Karya (Persero) Teuku Bagus Mukhamad Noor, dan eks Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Dalam audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), di ketahui total kerugian negara dari proyek Hambalang mencapai Rp 706 miliar. Jumlah tersebut di peroleh dari dari hasil audit investigasi BPK pada periode 2012-2013 yang sudah dikukuhkan link slot dana di pengadilan dalam beberapa kasus korupsi, yang melibatkan nama-nama petinggi pemerintahan kala itu.

Selain itu, BPK juga mendapatkan adanya pembayaran atas proyek Hambalang yang digelembungkan hingga Rp 514 miliar. Laporan ini, pun sudah diserahkan kepada BPKP untuk ditindaklanjuti. Saat ini Jokowi sedang berencana untuk melanjutkan kembali proyek ini. Kabar erbaru ada proyek sistem penyediaan air minum (SPAM) Umbulan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur yang diresmikan Jokowi tiga hari lalu atau tepatnya pada Senin (22/3/2021).

Sumber air daerah ini di ketahui sudah ada sejak zaman pemerintah Hindia Belanda, saat pertama kali ditemukan Negeri Kincir Angin pada tahun 1916 atau zaman kolonial. Pengelolaan pertama, saat itu dilakukan oleh Water Bedrij pada 1917. Tapi, pemerintah mulai membangun SPAM Umbulan setelah 45 tahun sejak direncanakan yaitu pada tahun 1973. tapi, sejak saat itu pembangunan proyek tersebut tiba-tiba lenyap.

Lalu pada saat kepemimpinan SBY, pemerintah kembali melanjutkan proyek ini sejak 2010 dan prakualifikasi satu tahun setelahnya yakni pada 2011. SPAM Umbulan merupakan proyek sistem penyediaan air pertama yang memakai skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan masuk dalam proyek Strategis Nasional dan Proyek Prioritas. Walau demikian, kala itu proyek ini tidak mendapatkan minat lebih dari sektor swasta. Proyek SPAM Umbulan, akhirnya kembali dilanjutkan di era pemerintahan Presiden Jokowi.

Proyek ini di perkirakan memakan biaya hingga Rp 2,05 triliun yang digarap oleh PT Meda Adhya Tirta Umbulan yang merupakan konsorsium PT Medco Gas Indonesia dan PT Bangun Cipta Kontraktor. Adapun investasi proyek SPAM Umbulan bertujuan mengalirkan air curah dengan kapasitas produksi sebesar 4.000 liter air per detik dengan jaringan sistem transmisi dari mata air Umbulan ke lima Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Provinsi Jawa Timur, yaitu masing-masing PDAM Surabaya (1.000 liter per detik), PDAM Kabupaten Pasuruan (410 liter per detik), PDAM Kota Pasuruan (110 liter per detik), PDAM Kota Sidoarjo (1.200 liter per detik), dan PDAM Kota Gresik (1.000 per detik).

Hal ini membuat SPAM Umbulan akan mengoperasikan jaringan pipa transmisi yang di perkirakan sepanjang 92.3 km melewati 16 titik pasokan. Adapun kema yang di gunakan dalam proyek ini adalah Built Operate Transfer (BOT) dengan masa konsesi selama 25 tahun, meliputi pekerjaan desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, pembiayaan sarana pengelolaan dan jaringan transmisi.

Exit mobile version